Tren Penggunaan Smartwatch
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan smartwatch (jam tangan pintar) mengalami peningkatan signifikan. Menurut survei Rakuten Insight Center, sekitar 64% masyarakat Indonesia memiliki perangkat wearable, dengan smartwatch menjadi yang paling dominan. Dari jumlah tersebut, 68% menggunakan smartwatch, dan 66% berencana membeli perangkat serupa dalam enam bulan ke depan (Rakuten Insight Center, 2023). Peningkatan popularitas ini didorong oleh fitur pemantauan kesehatan dan kebugaran yang semakin canggih.
Namun, di balik manfaatnya, muncul kekhawatiran terkait kemungkinan bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam tali (strap) jam tangan/smartwatch yang berpotensi menyebabkan iritasi pada kulit.

Iritasi pada kulit yang disebabkan strap (tali) jam tangan/smartwatch dapat disebabkan oleh beberapa faktor
Mengapa Beberapa Strap Jam Tangan/Smartwatch Menyebabkan Gatal?
Iritasi pada kulit yang disebabkan strap (tali) jam tangan/smartwatch dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dia antaranya:
-
Bahan Kimia Berbahaya
-
- Lateks atau Karet Sintetis:Beberapa orang memiliki alergi terhadap lateks, yang bisa menyebabkan ruam dan gatal (Gawkrodger, 2018).
- Pewarna dan Perekat:Zat kimia dalam pewarna atau lem yang digunakan untuk menyatukan lapisan strap dapat mengiritasi kulit, terutama jika berkualitas rendah (ATSDR, 2022).
- Kemungkinan adanya kandungan PFAS (Per- and Polyfluoroalkyl Substance):Bahan kimia ini sering digunakan dalam tali smartwatch berbahan fluoroelastomer untuk memberikan ketahanan terhadap air dan minyak, tetapi dapat menyebabkan iritasi kulit (EWG, 2024; Zhang et al., 2021).
-
Gesekan dan Tekanan Berlebih
-
- Tali yang terlalu ketat dapat menyebabkan tekanan berlebih pada kulit, menghambat sirkulasi udara, dan memicu iritasi (Nguyen et al., 2022).
- Bahan strap yang kasar atau tidak fleksibel dapat menyebabkan gesekan yang meningkatkan risiko kemerahan atau luka ringan (Gawkrodger, 2018).
-
Keringat dan Kelembaban
-
- Keringat yang terperangkap di bawah strap dapat menciptakan lingkungan lembap yang mendukung pertumbuhan bakteri dan jamur, menyebabkan iritasi, bau, atau bahkan infeksi kulit (Grandjean et al., 2012).
- Penggunaan smartwatch saat berolahraga tanpa membersihkan strap setelahnya dapat memperburuk kondisi ini (OECD, 2023).
-
Reaksi Alergi
-
- Beberapa bahan seperti nikel pada bagian logam strap atau gesper dapat memicu reaksi alergi pada individu yang sensitif terhadap logam tersebut (ACDS, 2023).
- Tali berbahan sintetis tertentu mungkin mengandung zat yang menyebabkan reaksi kulit seperti dermatitis kontak (Gallo et al., 2012).
-
Kurangnya Kebersihan
-
- Tali yang jarang dibersihkan dapat menumpuk kotoran, bakteri, dan sel kulit mati, yang dapat memicu iritasi dan infeksi kulit (Rakuten Insight Center, 2023).
- Penggunaan jangka panjang tanpa mengganti strap yang sudah aus juga meningkatkan risiko alergi dan reaksi kulit (EWG, 2024).

Kesadaran akan potensi bahaya strap smartwatch terhadap iritasi kulit penting bagi konsumen dan produsen.
Bagaimana Meminimalkan Risiko?
Untuk mengurangi iritasi dari penggunaan tali smartwatch, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Pilih Material yang Lebih Aman: Hindari tali berbahan fluoroelastomer dan pilih tali berbahan hypoallergenic silikon, kulit asli, atau kain yang lebih ramah lingkungan.
- Periksa Deskripsi Produk: Sebelum membeli smartwatch, baca deskripsi produk dengan cermat untuk memastikan bahwa tali tidak mengandung PFAS.
- Pastikan tali tidak terlalu ketat: agar kulit dapat bernapas.
- Rutin membersihkan strap: dengan sabun ringan dan air untuk menghindari akumulasi keringat dan kotoran.
- Gunakan Pelindung Kulit: Jika harus menggunakan tali berbahan fluoroelastomer, gunakan pelindung kulit seperti kain atau lapisan tambahan untuk mengurangi kontak langsung.
- Hentikan atau ganti strap: jika ada indikasi reaksi alergi pada strap yang digunakan
Kesadaran akan potensi bahaya strap smartwatch terhadap iritasi kulit penting bagi konsumen dan produsen. Dengan informasi yang tepat dan langkah pencegahan yang sesuai, risiko iritasi atau reaksi alergi akibat material strap dapat diminimalkan, sehingga smartwatch tetap aman dan bermanfaat bagi kesehatan.
Peran SIG dalam Pengujian Strap Smartwatch
Bagi produsen dan distributor yang ingin memastikan produk mereka bebas dari potensi menyebabkan gatal dan iritasi pada kulit, Sebagai laboratorium terakreditasi SNI ISO/IEC 17025 dengan dukungan fasilitas laboratorium toksisitas, SIG menawarkan layanan Uji Sensitisasi. Layanan pengujian sensitisasi yang bertujuan untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dari persentuhan bahan dengan kulit yang berpotensi menyebabkan alergi kontak. Pengujian ini penting untuk memastikan keamanan produk dalam jangka waktu lama.
Informasi lebih lanjut untuk layanan uji sensitisasi dan iritasi di SIG Laboratory, hubungi kami 082111516516 dan kunjungi website kami siglaboratory.com, serta dapat langsung datang ke kantor kami Graha SIG, Jl Rasamala No. 20, Taman Yasmin, Bogor, Jawa Barat 16113.
Daftar Pustaka
- Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). (2022). Toxicological Profile for Perfluoroalkyls (PFAS). U.S. Department of Health and Human Services.
- American Contact Dermatitis Society (ACDS). (2023). Nickel Allergy and Dermatitis Caused by Wearable Devices.
- Environmental Working Group (EWG). (2024). Hidden ‘Forever Chemicals’ in Popular High-End Smartwatch and Fitness Tracker. Retrieved from https://www.ewg.org/news-insights/news/2024/12/hidden-forever-chemicals-popular-high-end-smartwatch-and-fitness-tracker
- Gallo, V., et al. (2012). Serum perfluorooctanoate (PFOA) and perfluorooctanesulfonate (PFOS) and liver enzymes in US adults. Environmental Health Perspectives, 120(5), 716-722.
- Gawkrodger, D. J. (2018). Contact Dermatitis: Allergic and Irritant Reactions to Wrist-Worn Devices. British Journal of Dermatology, 179(3), 554–560.
- Grandjean, P., & Clapp, R. (2015). Perfluorinated Alkyl Substances: Emerging Insights into Health Risks. New Solutions: A Journal of Environmental and Occupational Health Policy, 25(2), 147-163.
- Grandjean, P., et al. (2012). Serum vaccine antibody concentrations in children exposed to perfluorinated compounds. JAMA, 307(4), 391-397.
- Nguyen, V. T., et al. (2022). Endocrine-disrupting effects of per- and polyfluoroalkyl substances (PFAS): Mechanisms and implications for human health. Environmental Research, 204, 112107.
- OECD Guidelines for the Testing of Chemicals. (2023). Test No. 404: Acute Dermal Irritation/Corrosion. Organisation for Economic Co-operation and Development.
- Rakuten Insight Center. (2023). Survey on Smartwatch Usage Trends in Indonesia. Retrieved from https://radiostar.harianjogja.com/2023/09/14/survei-64-masyarakat-indonesia-memiliki-wearable-gadget/?utm_source=chatgpt.com
- Zhang, X., et al. (2021). Toxicological Effects of PFHxA Exposure in Mammalian Models. Toxicology Reports, 8, 1024–1032.
- Zhang, Y., et al. (2021). Perfluoroalkyl and Polyfluoroalkyl Substances (PFAS) Exposure and Health Outcomes: A Review of Human Epidemiological Studies. Environment International, 146, 106227.